Makalah Fisiologi Tanaman
Lanjutan
PENGARUH
NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU
(Vigna
radiata L.)
Dosen
Pembimbing:
Dr. Ir.
Adiwirman, MS
Disusun
Oleh:
Fitri
Yanti
1510244144
MAGISTER ILMU PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
RIAU
PEKANBARU
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kacang hijau adalah tanaman budidaya dan palawija yang
dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae)
ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber
bahan pangan yang berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati
urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan
kacang tanah. Ciri-ciri dari tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian
sangat bervariasi, sesuai dengan varietasnya. Warna batang dan cabangnya ada
yang hijau dan ada yang ungu (Andrianto, 2007). Tanaman kacang hijau merupakan
salah satu tanaman semusim dimana setelah mengalami pembungaan dan pembuahan
akan mengalami kerusakan ataupun kematian dan hanya dapat bermanfaat sekali
panen (Ariana, 2015).
Gambar 1.1. Morfologi kacang
hijau, (a) tanaman kacang hijau, (b) buah, (c) biji.
|
Cahaya matahari mempunyai peranan besar dalam proses
fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan
perkembangan, menutup dan membukanya stomata, dan perkecambahan tanaman,
metabolisme tanaman hijau, sehingga ketersediaan cahaya matahari menentukan
tingkat produksi tanaman. Tanaman hijau memanfaatkan cahaya matahari melalui
proses fotosintesis (Reskynawati, 2014; Stirling et al. 2002). Bila intensitas
cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh satuan luas
permukaan daun dalam jangka waktu tertentu juga rendah. Cahaya yang rendah juga
membuat tanaman memiliki daun berukuran lebih besar, lebih tipis, ukuran
stomata lebih besar, lapisan sel epidermis tipis, jumlah daun lebih banyak dan
ruang antar sel lebih banyak (Pantilu, dkk. 2012).
Perlakuan dengan pemberian naungan pada tanaman kacang
hijau akan mempengaruhi sifat morfologi tanaman. Morfologi tanaman kacang hijau
yang bisa dipengaruhi oleh naungan adalah batang tidak kokoh, karena batang
lebih kecil sehingga tanaman menjadi mudah rebah. Hal ini tidak berlaku bagi
tanaman yang toleran naungan karena cenderung lebih efisien dalam pemanfaatan
cahaya. Pada batas naungan tertentu proses fisiologis didalam tanaman toleran
tersebut tidak terlalu dipengaruhi naungan sehingga tanaman tumbuh normal,
tidak terjadi etiolasi dan kerebahan yang tentunya tidak mempengaruhi hasil
(Hakim dan Sutjihno, 1992).
1.2.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Fisiologi Tanaman Lanjutan dan menambah wawasan penulis
tentang pengaruh naungan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.).
II.
PEMBAHASAN
2.1.
Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
2.1.1.
Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Menurut Sumarji (2013),
tanaman kacang hijau termasuk dalam Divisio: Spermatophyta, Sub divisio: Angiospermae, Klas:
Dycotiledoneae,
Famili: Leguminoceae, Genus: Vigna, Sub genus: Ceratotropis, Species : Vigna radiata.
Tanaman kacang
hijau merupakan tanaman C3 yang mempunyai tingkat kejenuhan cahaya lebih rendah
dibandingkan dengan tanaman C4 (Sundari et al. 2005). Syarat tumbuh tanaman kacang hijau
berbeda jauh dengan tanaman kacang kacangan lainnya, seperti kacang
tanah atau kedelai. Tanaman kacang hijau dapat tumbuh baik pada tanah
dengan ketinggian sekitar 0-500 meter dengan penyinaran
10 jam per
hari. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kacang hijau adalah 65%
sedang
curah hujan 750-900 mm/th dengan distribusi yang merata (Sumarji, 2013).
2.2.
Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna
radiata L.)
Naungan
mempengaruhi intensitas radiasi, sehingga selain berpengaruh langsung terhadap
tanaman, juga berpengaruh tidak langsung melalui perubahan iklim mikro di
sekitar tanaman. Menurut Kramer dan Kozlowski (1960), intensitas radiasi surya
sangat mempengaruhi proses fotosintesis, dimana untuk pertumbuhan optimum
setiap jenis tanaman membutuhkan intensitas radiasi yang berbeda-beda.
Tanaman
kacang hijau yang ternaungi batangnya akan tumbuh lebih panjang daripada daun
dari tanaman yang ditanam pada cahaya penuh sebagai akibat dari usaha untuk
mendapatkan cahaya (Reskynawati, 2015), mempengaruhi morfologi bagian tanaman
lainnya seperti jumlah klorofil, laju asimilasi bersih, berat akar, batang, dan
buah (Ariana, 2015).
Naungan
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot biji tanpa polong, bobot biji
dengan polong, jumlah polong isi, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun (Reskynawati, 2005). pemberian naungan 50%-55% pada tanaman kacang hijau
memberikan pengaruh berupa pertambahan tinggi tanaman dibandingkan dengan
tanaman kacang hijau yang ditanam pada kondisi cahaya. pada tanaman yang
ternaungi akan menurunkan jumlah daun, daun menjadi lebih tipis, dan lebih
lebar. Tanaman yang tumbuh pada lingkungan yang gelap tumbuh menjadi tinggi,
kurus, dengan jarak antar buku yang panjang, dan relatif memiliki jumlah daun
yang sedikit (Mulyana, 2006; Anggraeni 2010).
Fuller
(1955) cit. Reskynawati (2005) menyatakan
bahwa etiolasi merupakan kondisi dimana tanaman tidak mendapat cukup cahaya kemudian
tanaman tersebut gagal membentuk klorofil sehingga daun menjadi berwarna
kekuningan dan menunjukkan beberapa struktur khusus seperti mudah rebah, batang
yang sukulen, dan daun yang tidak berkembang. Tanaman dengan mekanisme
penghindaran naungan yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang ternaungi akan
meningkatkan pemanjangan batang dan tangkai, mengurangi jumlah cabang.
Tanaman
ditanam di tempat gelap, tumbuh lebih panjang karena pengaruh fitohormon,
terutama hormon auksin. Fungsi utama hormon auksin adalah pengatur pembesaran
sel dan memacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin
sangat peka terhadap cahaya matahari. Bila terkena cahaya matahari, hormon ini akan
terurai dan rusak. Pada keadaan yang gelap, hormon auksin tidak terurai sehingga
terus memacu pemanjangan batang dengan kondisi fisik tanaman yang kurang sehat,
akar yang banyak dan lebat, batang terlihat kurus tidak sehat, warna batang dan
daun pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun berwarna kuning. Tanaman
ditempat terang tumbuh lebih pendek daripada yang ditanam di tempat gelap, kondisi
fisik tanaman lebih sehat, subur, batang gemuk, daun segar dan berwarna hijau
serta memiliki cukup klorofil.
Kaufman
et al. (1989) menyatakan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi perluasan
daun. Secara umum daun yang berada pada kondisi intensitas cahaya yang rendah memiliki
permukaan yang luas, tipis, dan lebih hijau (lebih banyak klorofil per unit
luas daun) jika dibandingkan dengan daun pada tanaman yang tumbuh pada kondisi
cahaya matahari penuh. Daun yang lebar digunakan agar daun tersebut dapat
mendapatkan cahaya lebih banyak, hal ini merupakan ekspresi dari adaptasi
lingkungan oleh daun.
Berkurangnya
radiasi akibat penaungan mengakibatkan jumlah polong juga berkurang. Hal ini
disebabkan karena terganggunya proses fotosintesis yang berakibat pada
berkurangnya fotosintat yang dialokasikan untuk pembentukan polong (Sundari, et
al. 2005).Hasil serupa juga dicapai pada penelitian Katayama et al.(1998), yang
menyatakan bahwa penaungan 75% mengakibatkan jumlah polong berkurang 86,36%.
Menurut
Shuka dan Chandel (1979), radiasi sangat besar peranannya dalam aktivitas fisiologi
tanaman, seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan, pembungaan, membuka dan
menutupnya stomata serta berbagai perkembangan dan perkecambahan tanaman.
Proses fotosintesis sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, CO2, suhu, air
dan kelembaban udara serta ketersediaan hara.
2.3.
Rata – rata jumlah Klorofil
Penelitian Ariana (2015) tentang pengaruh pemberian
naungan pada tanaman kacang hijau terhadap jumlah klorofil dan laju asimilasi
bersih menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian naungan terhadap jumlah
klorofil daun kacang hijau (Vigna radiatus L.).
Tabel 2.1. Grafik rata-rata jumlah klorofil
pada tanaman kacang hijau
Tabel 2.2. Grafik rata-rata jumlah klorofil
pada pengamatan ke-60
Klorofil pada daun tanaman adalah pigmen pemberi warna
hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam
proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi
energi kimia. Macam-macam klorofil yaitu klorofil a, klorofil b, klorofil c,
dan klorofil . Fungsi dari sebagian besar klorofil adalah untuk menyerap cahaya
dan mengubahnya menjadi energi kimia di pusat reaksi fotosistem. Fungsi dari
masing-masing klorofil tersebut adalah klorofil a untuk menghasilkan warna
hijau biru, klorofil b untuk menghasilkan warna hijau kekuningan, klorofil c
untuk menghasilkan warna hijau coklat dan klorofil d menghasilkan warna hijau
merah (Ariana, 2015).
Menurut
Mulyana (2006) cekaman naungan meningkatkan jumlah klorofil pada saat tanaman
berumur 7 minggu setelah tanam pada fase vegetatif. Berdasarkan bobot, daun
yang ditumbuhkan di bawah naungan memiliki klorofil lebih tinggi, karena setiap
kloroplas memiliki grana lebih banyak dibandingkan dengan daun tanpa naungan.
Daun dibawah naungan menggunakan energi yang lebih besar untuk menghasilkan
pigmen permanen cahaya pada saat jumlah cahaya tersebut terbatas. Sehingga
jumlah klorofil tersebar merata pada setiap daun. Daun yang ternaungi memiliki
jaringan palisade dan mesofil yang tipis sehingga pada saat pengukuran berat
kering tanaman menunjukkan berat yang sangat rendah.
III.
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Tingkat
naungan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau serta jumlah klorofil daun kacang
hijau (Vigna radiata L.). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa tanaman kacang hijau toleran dan mampu berproduksi
tinggi terhadap perlakuan naungan. Semakin tinggi tingkat naungan maka semakin
rendah intensitas radiasi dan suhu udara.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, B. W. 2010. Studi Morfo-Anatomi dan Per- tumbuhan Kedelai (Glycine max (L) merr.) Pada Kondisi
Cekaman Intensitas Cahaya Rendah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ariana, I.G. 2015. Pengaruh Pemberian Naungan pada Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiatus L.) terhadap Jumlah
Klorofil dan Laju Asimilasi Bersih. Artikel
Ilmiah. Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Matematika dan Ipa Jurusan
Biologi. 17 Hal.
Hakim, L., Sutjihno. 1992.
Seleksi varietas kacang hijau untuk sistem tumpangsari dengan jagung.
Penelitian Pertanian. 12(1):41-45. Dikutip pada skripsi titik sundari et al. 2005 Tingkat Kritis Intensitas Cahaya Relatif
Lima Genotip Kacang Hijau (Vigna radiatus L.)
Kaufman, p.b. 1989. Plants:
their biology and importance. Harper and row. Newyork. 757p. Dikutip pada
jurnal penelitian ipb tentang morfofisiologi tanaman kedelai dalam beberapa
tingkat naungan.
Kramer dan Kozlowski, 1979.
Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman. http://www.silvikultur.com
dikutip pada jurnal penelitian Muhammad
Syakir, 1994. Pengaruh naungan, unsur hara P dan Mg terhadap indeks pertumbuhan
dan laju tumbuh tanaman lada. Balai penelitian tanaman rempah dan obat.
Mulyana,
N. 2006. Adaptasi Morfologi, Anatomi, dan Fisiologi Empat Genotipe Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) pada Kondisi
Cekaman Naungan. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Reskynawati, K. 2014. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kacang Hijau
(Vigna Radiata L.) pada Berbagai Tingkat Naungan. Skripsi. Program Studi Agroteknologi
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
76 Hal.
Sumarji.
2013. Laporan Kegiatan Penyuluhan Teknik Budidaya Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata (L) Wilczek). Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Islam Kadiri. http://pascauniska-kediri. ac.id/filesPengabdian /KACANG%20HIJAU.pdf.
Diakses pada Tanggal 19 April 2016
Sundari, T., Soemartono, Tohari dan W. Mangoendidjojo. 2005. Keragaan Hasil dan Toleransi Genotipe Kacang
Hijau terhadap Penaungan. Jurnal Ilmu Pertanian, 12 (1): 12 – 19
0 komentar:
Posting Komentar