Rabu, 07 September 2016

JENIS DAN KEGUNAAN UNSUR HARA


1. NITROGEN (N)
MANFAAT : Memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim dan pesenyawaan lain.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Pertumbuhan tanaman lambat, mula-mula daun menguning dan mengering, lalu rontok. Daun yang menguning diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas.

2. FOSFOR (P)
MANFAAT : Membantu pertumbuhan protein dan miniral yang sangat tinggi bagi tanaman. Bertugas mengedarkan energi keseluruhan tanaman. Merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar. Mempercepat pembungaan tanaman, serta mempercepat pematangan biji dan buah.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun bawah berubah warna menjadi tua atau tampak mengkilap merah keunguan. Kemudian menjadi kuning keabuan dan rontok. Tepi daun, cabang dan batang berwarna merah keunguan. Batang kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah. Jika sudah terlanjur berbuah ukurannya kecil, jelek dan lekas matang.

3. POTASIUM (K)
MANFAAT : Membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula. Membantu pengankutan gula dari daun kebuah. Memperkuat jaringan tanaman, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun mengkerut atau kriting, timbul bercak-bercak merah kecoklatan lalu kering dan mati. Perkembangan akar lambat. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, jelek dan tidak tahan lama.

4. KALSIUM (Ca)
MANFAAT : Mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang. Membantu keberhasilan peyerbukan. Membantu pemecahan sel. Membantu aktivitas beberapa enzim pertumbuhan, serta menetralisir senyawa dan kondisi tanah yang merugikan.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Tepi daun mengalami krorosil lalu menjalar ketulang daun. Kuncup tanaman muda tidak berkembang dan mati. Terdapat bintik hitam pada serat daun. Akar pendek. buah pecah dan bermutu rendah.

5. MAGNESIUM (Mg)
MANFAAT : Membantu pembentukan klorofil, asam amino, vitamin, lemak dan gula. Berperan dalam transportasi fosfat dalam tanaman.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun tua mengalami krorosis, menguning dan bercak kecoklatan, hingga akhirnya rontok. Pada tanaman yg menghasilkan biji akan menghasilkan biji yang lemah.

6. BELERANG (S)
MANFAAT : Membantu pembentukan asam amino, protein dan vitamin. Membantu pembentukan bintil akar dan pertumbuhan tunas baru.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun muda berwarna hijau muda, mengkilap tapi agak pucat keputihan, lalu berubah jadi kuning dan hijau. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus.

7. BORON (Bo)
MANFAAT : Membawa karbohidrat keseluruh jaringan tanaman. Mempercepat penyerapan unsur kalium. merangsang tanaman berbunga dan membantu proses penyerbukan. Meningkatkan kualitas produksi sayuran dan buah-buahan.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Tunas pucuk mati dan berwarna hitam, lalu muncul tunas amping tapi tidak bertahan lama kemudian akan mati. daun mengalami klorosis dimulai dari bagian bawah daun lalu mengering. Daun yang baru muncul kerdil dan akhirnya mati. Daun tuanya berbentuk kecil tebal dan rapuh. Pertumbuhan batang lambat dengan ruas-ruas cabang yang pendek.

8. CLHORIDA (Cl)
MANFAAT : Berperan dalam pembentukan hormon tanaman. Meningkatkan kulitas dan kuantitas produksi tanaman.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Tanaman gampang layu, daun pucat, keriput dan sebagian mengering. Produktivitas buah rendah dan pemasakan buah lambat.

9. BESI (Fe)
MANFAAT : Berperan dalam pada proses-proses fisiologi tanaman, seperti proses pernafasan, pembentukan klorofil dan fotosintetis.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun muda berwarna putih pucat lalu kekuningan dan akhirnya rontok. Tanaman perlahan-lahan mati dimulai dari pucuk.
10. MANGAN (Mn)
MANFAAT : Membantu proses fotosintetis dan berperan dalam pembentukan enzim-enzim tanaman.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Pertumbahan tanaman kerdil daun berwarna kekuning-kuningan tau merah dan sering rontok. Pembentukan biji tidak sempurna.

11. COOPER (Cu)
MANFAAT : Berperan sebagai pengikat nitrogen bebas udara untuk pembentukan protein dan menjadi komponen pembentukan enzim pada bakteri bintil akar tanaman leguminose.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun berubah warna, keriput dan melengkung seperti mangkuk. Muncul bintik-bintik kuning disetiap lembaran daun dan akhirnya mati. Pertumbuhan tanaman berhenti.

12. SENG (Zn)
MANFAAT : Membantu pertumbuhan auksin, klorofil dan karbohidrat.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun berwarna kuning pucat atau kemerahan, muncul bercak-bercak putih dipermukaan daun hingga akhirnya mengering, berlubang dan mati. Perkembangan akar tidak sempurna sehingga pendek dan tidak subur.

13. Molibdenum (Mo)
MANFAAT : berperan dalam mengikat nitrogen oleh mikroba pada legum, sebagai katalisator dalam mereduksi N, berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran; Molibdenum ini dalam tanah terdapat dalam bentuk MoS2.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua , kemudian menjalar ke daun muda.

14. Natrium (Na)
MANFAAT : Terlibat dalam osmosis (pergerakan air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan. Salah satu kelebihan efek negatif Na adalah bahwa itu mengurangi ketersediaan K.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Daun-daun tenaman bisa menjadi hijau tua dan tipis. Tanaman cepat menjadi layu.

15. Nikel (Ni)
MANFAAT : Diperlukan untuk enzim urease untuk menguraikan urea untuk
membebaskan nitrogen ke dalam bentuk yang dapat digunakan untuk
tanaman. Nikel diperlukan untuk penyerapan zat besi. Benih perlu nikel
untuk berkecambah.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : Tanaman tumbuh tanpa tambahan nikel akanberangsur-angsur mencapai tingkat kekurangan sekitar saat mereka dewasa dan mulai pertumbuhan reproduksi

16. Karbon (C)
MANFAAT : sebagaikomponen dasar molekuler karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat.
GEJALA TUMBUHAN YANG MEMBUTUHKAN PUPUK INI : proses fotosintesis akan terhambat, daun tumbuh kecil-kecil, pertumbuhan lambat,dan munculnya deposit kasar keputihan padapermukaan daun sebagai akibat proses dekalsifikasi biogenik.




diambil dari beberapa sumber

Selasa, 06 September 2016

fitri blog's: My cat is funny and cute: My cat is funny and cute JJ
My cat is funny and cute JJ






Bioteknologi dan proses pemuliaan tanaman
 Pengertian bioteknologi adalah penggunaan ilmu biologi seluler dan  molekuler dalam pemuliaan tanaman. Tanaman adalah tumbuhan yang bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia. Tumbuhan yang mengganggu disebut gulma. Bagi pemulia tanaman baik tanaman, tumbuhan dan gulma adalah penting sebagai sumber keragaman genetik.

Pemuliaan tanaman sendiri adalah perbaikan sifat genetik tanaman baik dengan transfer material genetik dari tanaman donor atau donor yang lain (introgresi) kepada tanaman penerima maupun perubahan material genetik dari tanaan penerima itu sendiri yang dikenal dengan mutasi. Jadi introgresi dan mutasi merupakan dua proses utama dalam perbaikan sifat tanaman.Pemuliaan tanamaan itu sendiri adalah suatu proses yang progresif dan berkelanjutan baik dari segi ilmu dan teknologi. Tanaman itu tumbuh pada berbagai habitat tumbuh dari iklim kutub sampai iklim tropis dan dari rawa sampai lahan kering. Berbagai habitat tumbuh ini yang menyebabkan tanaman itu beradaptasi untuk bertahan hidup yaitu terjadi semacam “Struggle for life”. Perubahan fenotipe tanaman untuk beradaptasi itu didasar pada perubahan genotipe tanaman.

Jadi sebelum manusia campur tangan dalam pemuliaan tanaman, tanaman sendiri sudah memuliakan dirinya secara mandiri. Pemulia tanaman belajar dari tanaman bagaimana perubahan genetik yang terjadi pada tanaman, memodifikasi dan mempercepat perubahan genetik yang terjadi.Beberapa tanaman komersial yang kita pergunakan saat ini berasal dari perubahan material genetik secara alamiah. Perubahan secara alamiah itu karena perubahan set kromosom (poliploida), perubahan jumlah kromosom (aneuploida), perubahan struktur kromosom (pindah silang) maupun perubahan gen.Contoh-contoh berikut adalah perubahan genetik secara alamiah:

(1) Poliploida
a.     Kentang
Kentang budidaya Solanum tuberosumsubsp andigena (2n=4x=AAAA) berasal dari hibridisasi alamiah dari S. stenotonum (2n=2x=AA) dengan S. sparsipilum (2n=2x=AA) diikuti dengan penggandaan kromosom secara alamiah.

b.     Pisang
Pisang yang digunakan sekarang berasal dari Musa balbisiana (2n=2x=22=BB) dan Musa accuminata (2n=2x=22=AA). Pisang-pisang yang kita punyai di Indonesia mulai dari AA (pisang mas, pisang lilin), AAA (pisang ambon kuning, pisang ambon lumut, pisang badak, pisang susu), AAB (pisang raja bulu, pisang tanduk)dan ABB (pisang kepok) adalah hasil hibridisasi alamiah atau mutasi alamiah. Pisang-pisang yang endemik di Indonesia ini belum ada campur tangan pemulia tanaman. Salah satu hasil silangan di Trinidad adalah pisang Lacatan (2n=4x=44=AAAA) hasil silangan Gros Michel (2n=3x=33=AAA) sebagai induk dengan M. accuminata (2n=2x=22=AA) sebagai tetua jantan (Simmonds, 1982).

c.      Allotetraploid atau amphidiploid yang terjadi secara alamiah pada genus Brasica (Suzuki et al. 1981).
·        Sawi  (B. juncea 2n=4x=36) berasal dari silangan sawi hitam (B. nigra            2n=2x=16) dengan petsai (B.campestris 2n=2x=20)
·         Rutabaga (B. napus 2x=4x=38) berasal dari silangan petsai (B. campestris      n=2x=20) dengan kubis (B. olaracea 2n=2x=18).
·    Sawi carinata (2n=4x=34) berasal dari silangan kubis (B. olaracea                 2n=2x=18) dengan sawi hitam (B. nigra 2n=2x=16).

Hibridisasi secara alamiah diikuti oleh penggandaan kromosom secara alamiah menghasilkan spesies baru. Dari tanaman kentang, pisang, dan brasiea pemulia belajar bahwa kalau mau menjadikan kultivar yang:

(1) Autopoliploida dapat dilakukan melalui penggandaan sel kromosom dengan colchisine atau dengan fusi protoplas.
(2) Alloploida dapat dilakukan melalui fusi protoplas atau dengan silangan dan diikuti penggandaan kromosom hasil silangan atau sebaliknya penggandaan kromosom tetua disusul dengan penyilangan.
 (2) Aneuploida (trisomik)
Dr. A. F. Blakeslee (1921) mempelajari berbagai bentuk kapsul buah yang berbeda dari kapsul buah yang normal pada gulma Datura stramonium. Gulma Datura ini adalah diploid (2n=2x=24), disamping itu juga terdapat mutan alamiah yang trisomik. Trisomik berarti dari 12 pasang kromosom ada salah satu pasang kromosom dalam bentuk triple (2n+1). Jumlah kromosom (2n+1) ini yang menyebabkan perubahan bentuk kapsul buah yang berbeda dari bentuk yang normal (2n=2x) karena ada 12 pasang kromosom maksimum ada 12 macam trisomik yang menghasilkan 12 macam kapsul buah yang berbeda satu dengan yang lain dan dari yang normal. Terjadi trisomik karena terjadi “non disjunction” dan “lagging” pada pasangan kromosom tersebut pada saat anafase.

(3) Perubahan gen
Sebelum Gregor mendel memulai penyilangan kacang kapri (Pisum sativum), di alam kacang-kacang kapri itu sudah mempunyai keragamandalam hal warna petal (ungu dan putih), bentuk kulit biji (licin atau keriput), warna biji (kuning atau hijau) dan warna polong muda (hijau atau kuning). Penyilangan resiprokal antara petal ungu x petal putih menghasilkan F1 yang berwarna ungu, sedangkan F2 mempunyai perbandingan antara petal ungu : petal putih adalah 3 : 1. Mendel berkesimpulan bahwa warna petal ditentukan oleh 1 gen (monogenik), petal ungu bersifat dominan dan petal putih yang bersifat resesif.

Pada tanaman kentang budidaya banyak sekali terjadi mutasi secara alamiah. Kultivar Pontiac yang kulit umbi berwarna kuning muda bermutasi menjadi Red Pontiac yang kulit umbi berwarna merah muda. Burbank yang permukaan kulit umbi licin menjadi Russet Burbank yang kulit umbi menjadi kasar. Menurut Pavek dan Corsini (1981), kulit umbi yang kasar ini disebabkan oleh tiga gen yang resesif. Tingkat kekasaran kulit ditentukan oleh jumlah gen yang homozigot resesif. Tiga gen yang homozigot resesif akan lebih kasar dari dua atau satu gen yang homozigot resesif.   (4) Transformasi tanaman secara alamiah (pembentukan puru mahkota) pada tanaman dikotil (Glick dan Pasternak 1994)
Bakteri tanah yang fitopatogen memerlukan unsur C dan H dari senyawa spesifik yang disebut opin. Gen untuk biosintesis opin dan katabolisme opin terdapat pada plasmid dari bakteri tersebut. Gen biosintesis opin tidak dapat menghasilkan opin pada sel bakteri tetapi harus mentransfer gen tersebut pada tanaman dikotil seperti anggur, tomat, mawar, dll. Gen biosintesis opin itu terdapat pada Ti-DNA, disamping gen opin juga terdapat gen iaaM, iaaH dan ipt. Gen iaaM dan iaaH menghasilkan enzim-enzim yang mengkonversi asam amino triptofan menjadi auksin IAA (asam indol asetat), sedangkan gen ipt menghasilkan enzim yang menggabungkan IPP (isopentenil) dengan 5’AMP menjadi sitokinin IPA (isopentenil adenosin monofosfat). IAA dan IPA ini akan membentuk kalus yang kompak yang dikenal dengan puru mahkota (Crown gall). Dari crown gall ini akan mengeluarkan eksudat-eksudat opin yang menjadi sumber C dan N bagi bakteri tersebut. Opin merupakan kondensasi asam amino dengan asam keto atau gula seperti : oktopin (asam piruvat + arginin), nopalin (asam α ketoglutarat + arginin) dan agropin (gula + glutamat).

Cara bakteri ini menginfeksi tanaman dikotil ditiru oleh pemulia tanaman untuk mentransfer gen tertentu dari donor ke tanaman penerima pada tanaman dikotil. Modifikasi yang dilakukan oleh pemulian tanaman adalah : (1) Insersi gen donor dan gen nptII (atau marka seleksi yang lain) ke dalam T-DNA bakteri, (2) membuang gen iaaM, gen iaaH dan gen ipt supaya jangan membentuk puru mahkota.

Dari contoh-contoh tanaman yang disebut terdahulu terbukti bahwa secara alamiah sudah terjadi perubahan genetik melalui introgresi, perubahan jumlah kromosom dan set kromosom, perubahan gen dan transformasi secara alamiah. Pemulia berdasarkan apa yang terjadi secara alamiah melanjutkan, memperbaiki dan mempercepat dalam metode pemuliaan klasik (konvensional), seluler dan molekuler (progresif dan berkelanjutan).




 Sumber: Wattimena, G.A., Nurhajati, A. M., N. M. A. Wiendi, A. Purwito, D. Efendi, B. S. Purwoko, N. Khumaida. 2011. Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman.bogor,  IPB Press. Hal. 2-5.


sumber gambar: http://naaf.web.id/2013/02/17/bioteknologi-untuk-pemuliaan-tanaman/ 

Senin, 05 September 2016

silahkan klik DISINI
hy guys apa kabar semuanya. semoga selalu diberikan kesehatan ya. baik lah, kali ini saya ingin berbagi tentang manfaat pemberian kapur terhadap tanah dan tanaman. bagi teman-teman yang ingin membacanya, silahkan download disini ya. semoga bermanfaat. 


Jumat, 02 September 2016

Teknik Budidaya Bunga Bougenville




Cangkokan Bougenville

1. Siapkan batang utama untuk bibit tanaman bunga Bougenvile. Pilih tangkai dengan ukuran tepat dari induknya yaitu yang berusia tua atau matang. Indukan matang dapat dilihat dari batangnya yang bersayat, berliuk dan memiliki bercak – bercak. Bersihkan tangkai yang dipilih dari daun dan ranting yang terlalu rimbun.
2. Dalam membuat bibit bunga Bougenville, perhatikan bagian batang bawah. Kupas tangkai sampai pada lapisan kambium secara melingkar dengan ukuran panjang 10 cm untuk membuat bibit cangkokan. Lalu dibungkus dengan humus lembab dan bungkus kembali dengan plastik. Diamkan kira – kira 3 minggu untuk memperoleh akar muda baru pada cangkokan tersebut.
3. Untuk mempercepat pertumbuhan, gunakan pupuk ZPT. Hasil cangkokan dapat anda tanam pada media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1.
4. Tunggu sampai tangkai ini keluar tunas baru, kemudian jadikanlah tangkai ini sebagai batang bawah utama dan cikal bakal tunas dan tangkai baru.

Stek Bougenville

1. Potong tangkai secara miring dan tajam. Siapkan media tanam berupa gabungan tanah gembur dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Lalu masukkan ke dalam pot yang berukuran kedalaman 30 cm.
2. Masukan batang stek sedalam kira – kira 10 cm ke dalam adonan tanah, dengan bagian runcing menghadap ke dalam atau di bawah.
3. Pakailah pupuk ZPT untuk mengoptimalkan pertumbuhan.
4. Gunakan pagar bambu untuk menjaga posisi batang tetap tegak dan lindungi dari sinar matahari di siang hari, namun pada pagi hari biarkan bibit baru ini mendapat pancaran teduh dari sinar matahari pagi selama kurang lebih 2 jam. Pada hari ke 10 akan muncul tunas dan akar muda.

Menyambung Tunas Bougenville

Tunas – tunas pada bibit bagian batang bawah tersebut di atas bisa anda sambung dengan tangkai – tangkai muda dari jenis Bougenville lain sehingga akan menghasilkan aneka bunga yang berwarna – warni.
Caranya menyambung tunas Bougenville adalah:
1. Memotong miring pucuk tunas muda dari salah satu pohon Bougenville aneka warna. Lalu sambungkan dengan tunas muda pada batang bawah di atas, pastikan sambungan cukup tepat dan tidak longgar.
2. Ikat dengan erat dan tutup dengan plastik basah atau sabut kulit kelapa. Gantilah plastik setiap 4 hari sekitar 15 hari. Tunggu sampai sambungan ini menjadi kokoh dan mengeras, barulah anda melepas plastik pada sambungan.

Perawatan Tunas Bougenville

1. Untuk perawatan pasca penyambungan, kurangi suplai air atau dihentikan sama sekali suplai air selama beberapa hari agar daun – daun mudah mengering.
2. Daun mulai mengering dan rontok dalam waktu 3 – 4 hari. Sisa dari daun – daun rontok inilah yang akan menjadi cikal bakal pembentukan bunga baru. Setelah daun rontok, siram kembali pohon Bougenville. Fungsinya sebagai pemancing dan mempercepat tumbuhnya bunga.
3. Bunga Bougenville membutuhkan suplai sinar matahari dengan intensitas cukup tinggi untuk memudahkan proses fotosintesis. Sebaiknya letakkan tanaman ini di tempat terbuka yang mudah terkena sinar matahari.
4. Anda dapat mulai menata tampilan rumpun bunga Bougenville dengan cara rutin memangkasnya sesuai bentuk yang diinginkan. Pemangkasan secara berkala adalah sangat baik untuk memunculkan bunga yang rimbun secara optimal.
5. Pemupukan sebenarnya bukan hal penting, namun bunga Bougenville mudah tumbuh merumpun jika memperoleh suplai pupuk yang cukup. Kecukupan pupuk dapat membantu menutrisi tanaman sehingga mengaktifkan tanaman untuk segera berbunga dengan lebat.

sumber: http://www.teruskan.com/39480/teknik-budidaya-bunga-bougenville.html

Kamis, 01 September 2016

Makalah Fisiologi Tanaman Lanjutan

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU
 (Vigna radiata L.)



Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Adiwirman, MS


Disusun Oleh:

Fitri Yanti
1510244144




MAGISTER ILMU PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU

2016





I.              PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Kacang hijau adalah tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan yang berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Ciri-ciri dari tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, sesuai dengan varietasnya. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu (Andrianto, 2007). Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim dimana setelah mengalami pembungaan dan pembuahan akan mengalami kerusakan ataupun kematian dan hanya dapat bermanfaat sekali panen (Ariana, 2015).




Gambar 1.1. Morfologi kacang hijau, (a) tanaman kacang hijau, (b) buah, (c) biji.
 

Cahaya matahari mempunyai peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, menutup dan membukanya stomata, dan perkecambahan tanaman, metabolisme tanaman hijau, sehingga ketersediaan cahaya matahari menentukan tingkat produksi tanaman. Tanaman hijau memanfaatkan cahaya matahari melalui proses fotosintesis (Reskynawati, 2014; Stirling et al. 2002). Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh satuan luas permukaan daun dalam jangka waktu tertentu juga rendah. Cahaya yang rendah juga membuat tanaman memiliki daun berukuran lebih besar, lebih tipis, ukuran stomata lebih besar, lapisan sel epidermis tipis, jumlah daun lebih banyak dan ruang antar sel lebih banyak (Pantilu, dkk. 2012).
Perlakuan dengan pemberian naungan pada tanaman kacang hijau akan mempengaruhi sifat morfologi tanaman. Morfologi tanaman kacang hijau yang bisa dipengaruhi oleh naungan adalah batang tidak kokoh, karena batang lebih kecil sehingga tanaman menjadi mudah rebah. Hal ini tidak berlaku bagi tanaman yang toleran naungan karena cenderung lebih efisien dalam pemanfaatan cahaya. Pada batas naungan tertentu proses fisiologis didalam tanaman toleran tersebut tidak terlalu dipengaruhi naungan sehingga tanaman tumbuh normal, tidak terjadi etiolasi dan kerebahan yang tentunya tidak mempengaruhi hasil (Hakim dan Sutjihno, 1992).


1.2.        Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Tanaman Lanjutan dan menambah wawasan penulis tentang pengaruh naungan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.).





II.            PEMBAHASAN

2.1.        Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
2.1.1.    Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Menurut Sumarji (2013), tanaman kacang hijau termasuk dalam Divisio: Spermatophyta, Sub divisio: Angiospermae, Klas: Dycotiledoneae, Famili: Leguminoceae, Genus: Vigna, Sub genus: Ceratotropis, Species : Vigna radiata.
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman C3 yang mempunyai tingkat kejenuhan cahaya lebih rendah dibandingkan dengan tanaman C4 (Sundari et al. 2005). Syarat tumbuh tanaman kacang hijau berbeda jauh dengan tanaman kacang kacangan lainnya, seperti kacang tanah atau kedelai. Tanaman kacang hijau dapat tumbuh baik pada tanah dengan ketinggian sekitar 0-500 meter dengan penyinaran 10 jam per hari. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kacang hijau adalah 65% sedang curah hujan 750-900 mm/th dengan distribusi yang merata (Sumarji, 2013).

2.2.        Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Naungan mempengaruhi intensitas radiasi, sehingga selain berpengaruh langsung terhadap tanaman, juga berpengaruh tidak langsung melalui perubahan iklim mikro di sekitar tanaman. Menurut Kramer dan Kozlowski (1960), intensitas radiasi surya sangat mempengaruhi proses fotosintesis, dimana untuk pertumbuhan optimum setiap jenis tanaman membutuhkan intensitas radiasi yang berbeda-beda.
Tanaman kacang hijau yang ternaungi batangnya akan tumbuh lebih panjang daripada daun dari tanaman yang ditanam pada cahaya penuh sebagai akibat dari usaha untuk mendapatkan cahaya (Reskynawati, 2015), mempengaruhi morfologi bagian tanaman lainnya seperti jumlah klorofil, laju asimilasi bersih, berat akar, batang, dan buah (Ariana, 2015).
Naungan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot biji tanpa polong, bobot biji dengan polong, jumlah polong isi, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (Reskynawati, 2005). pemberian naungan 50%-55% pada tanaman kacang hijau memberikan pengaruh berupa pertambahan tinggi tanaman dibandingkan dengan tanaman kacang hijau yang ditanam pada kondisi cahaya. pada tanaman yang ternaungi akan menurunkan jumlah daun, daun menjadi lebih tipis, dan lebih lebar. Tanaman yang tumbuh pada lingkungan yang gelap tumbuh menjadi tinggi, kurus, dengan jarak antar buku yang panjang, dan relatif memiliki jumlah daun yang sedikit (Mulyana, 2006; Anggraeni 2010).
Fuller (1955) cit. Reskynawati (2005) menyatakan bahwa etiolasi merupakan kondisi dimana tanaman tidak mendapat cukup cahaya kemudian tanaman tersebut gagal membentuk klorofil sehingga daun menjadi berwarna kekuningan dan menunjukkan beberapa struktur khusus seperti mudah rebah, batang yang sukulen, dan daun yang tidak berkembang. Tanaman dengan mekanisme penghindaran naungan yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang ternaungi akan meningkatkan pemanjangan batang dan tangkai, mengurangi jumlah cabang.
Tanaman ditanam di tempat gelap, tumbuh lebih panjang karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Fungsi utama hormon auksin adalah pengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin sangat peka terhadap cahaya matahari. Bila terkena cahaya matahari, hormon ini akan terurai dan rusak. Pada keadaan yang gelap, hormon auksin tidak terurai sehingga terus memacu pemanjangan batang dengan kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat, batang terlihat kurus tidak sehat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun berwarna kuning. Tanaman ditempat terang tumbuh lebih pendek daripada yang ditanam di tempat gelap, kondisi fisik tanaman lebih sehat, subur, batang gemuk, daun segar dan berwarna hijau serta memiliki cukup klorofil.
Kaufman et al. (1989) menyatakan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi perluasan daun. Secara umum daun yang berada pada kondisi intensitas cahaya yang rendah memiliki permukaan yang luas, tipis, dan lebih hijau (lebih banyak klorofil per unit luas daun) jika dibandingkan dengan daun pada tanaman yang tumbuh pada kondisi cahaya matahari penuh. Daun yang lebar digunakan agar daun tersebut dapat mendapatkan cahaya lebih banyak, hal ini merupakan ekspresi dari adaptasi lingkungan oleh daun.
Berkurangnya radiasi akibat penaungan mengakibatkan jumlah polong juga berkurang. Hal ini disebabkan karena terganggunya proses fotosintesis yang berakibat pada berkurangnya fotosintat yang dialokasikan untuk pembentukan polong (Sundari, et al. 2005).Hasil serupa juga dicapai pada penelitian Katayama et al.(1998), yang menyatakan bahwa penaungan 75% mengakibatkan jumlah polong berkurang 86,36%.


Menurut Shuka dan Chandel (1979), radiasi sangat besar peranannya dalam aktivitas fisiologi tanaman, seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan, pembungaan, membuka dan menutupnya stomata serta berbagai perkembangan dan perkecambahan tanaman. Proses fotosintesis sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, CO2, suhu, air dan kelembaban udara serta ketersediaan hara.


2.3.        Rata – rata jumlah Klorofil
Penelitian Ariana (2015) tentang pengaruh pemberian naungan pada tanaman kacang hijau terhadap jumlah klorofil dan laju asimilasi bersih menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian naungan terhadap jumlah klorofil daun kacang hijau (Vigna radiatus L.).

Tabel 2.1. Grafik rata-rata jumlah klorofil pada tanaman kacang hijau





Tabel 2.2. Grafik rata-rata jumlah klorofil pada pengamatan ke-60

Klorofil pada daun tanaman adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Macam-macam klorofil yaitu klorofil a, klorofil b, klorofil c, dan klorofil . Fungsi dari sebagian besar klorofil adalah untuk menyerap cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia di pusat reaksi fotosistem. Fungsi dari masing-masing klorofil tersebut adalah klorofil a untuk menghasilkan warna hijau biru, klorofil b untuk menghasilkan warna hijau kekuningan, klorofil c untuk menghasilkan warna hijau coklat dan klorofil d menghasilkan warna hijau merah (Ariana, 2015).
Menurut Mulyana (2006) cekaman naungan meningkatkan jumlah klorofil pada saat tanaman berumur 7 minggu setelah tanam pada fase vegetatif. Berdasarkan bobot, daun yang ditumbuhkan di bawah naungan memiliki klorofil lebih tinggi, karena setiap kloroplas memiliki grana lebih banyak dibandingkan dengan daun tanpa naungan. Daun dibawah naungan menggunakan energi yang lebih besar untuk menghasilkan pigmen permanen cahaya pada saat jumlah cahaya tersebut terbatas. Sehingga jumlah klorofil tersebar merata pada setiap daun. Daun yang ternaungi memiliki jaringan palisade dan mesofil yang tipis sehingga pada saat pengukuran berat kering tanaman menunjukkan berat yang sangat rendah.




III.           PENUTUP

3.1.        Kesimpulan
Tingkat naungan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman  kacang hijau serta jumlah klorofil daun kacang hijau (Vigna radiata L.). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanaman kacang hijau toleran dan mampu berproduksi tinggi terhadap perlakuan naungan. Semakin tinggi tingkat naungan maka semakin rendah intensitas radiasi dan suhu udara.



DAFTAR PUSTAKA


Anggraeni, B. W. 2010. Studi Morfo-Anatomi dan Per- tumbuhan Kedelai (Glycine max (L) merr.) Pada Kondisi Cekaman Intensitas Cahaya Rendah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ariana, I.G. 2015. Pengaruh Pemberian Naungan pada Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiatus L.) terhadap Jumlah Klorofil dan Laju Asimilasi Bersih. Artikel Ilmiah. Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Matematika dan Ipa Jurusan Biologi. 17 Hal.

Hakim, L., Sutjihno. 1992. Seleksi varietas kacang hijau untuk sistem tumpangsari dengan jagung. Penelitian Pertanian. 12(1):41-45. Dikutip pada skripsi titik sundari et al. 2005 Tingkat Kritis Intensitas Cahaya Relatif Lima Genotip Kacang Hijau (Vigna radiatus L.)

Kaufman, p.b. 1989. Plants: their biology and importance. Harper and row. Newyork. 757p. Dikutip pada jurnal penelitian ipb tentang morfofisiologi tanaman kedelai dalam beberapa tingkat naungan.

Kramer dan Kozlowski, 1979. Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman. http://www.silvikultur.com dikutip pada jurnal penelitian Muhammad Syakir, 1994. Pengaruh naungan, unsur hara P dan Mg terhadap indeks pertumbuhan dan laju tumbuh tanaman lada. Balai penelitian tanaman rempah dan obat.

Mulyana, N. 2006. Adaptasi Morfologi, Anatomi, dan Fisiologi Empat Genotipe Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) pada Kondisi Cekaman Naungan. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Reskynawati, K. 2014. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata L.) pada Berbagai Tingkat Naungan. Skripsi. Program Studi Agroteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar. 76 Hal.

Sumarji. 2013. Laporan Kegiatan Penyuluhan Teknik Budidaya Tanaman  Kacang Hijau (Vigna radiata (L) Wilczek). Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri. http://pascauniska-kediri. ac.id/filesPengabdian /KACANG%20HIJAU.pdf. Diakses pada Tanggal 19 April 2016



Sundari, T., Soemartono, Tohari dan W. Mangoendidjojo. 2005. Keragaan Hasil dan Toleransi Genotipe Kacang Hijau terhadap Penaungan. Jurnal Ilmu Pertanian, 12 (1): 12 – 19
oleh : Fitri Yanti


Kebudayaan Daerah Riau
 


 Rumah Adat
Riau memiliki beberapa jenis rumah adat karena identik yang dimiliki oleh daerah ini yaitu melayu, seperti Rumah Adat Salaso Jatuh Kembar. Bentuk rumah tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri diatas tiang dengan bangunan persegi panjang. 

Gambar 1. rumah adat selaso Jatuh Kembar



Alat Musik Tradisional
Rebana ubi memiliki bunyi cukup keras. Jumlah pukulan pada rebana ubi memiliki makna tersendiri yang telah dipahami oleh masyarakt saat itu. Alat musik Koreon dimainkan dengan cara dipompa. Alat musik ini termasuk sulit untuk dimainkan. Tidak banyak yang dapat memainkannya.


           Gambar 2.  Rebana Ubi

Gambar 3. Kordeon


Makanan Tradisional
Riau memiliki makanan khas yang banyak disukai oleh wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara yang berkunjung ke daerah ini. Makan khasnya seperti Bolu Kemojo, Lempuk Durian, Es Laksamana Mengamuk, Roti Jala, Kue Bangkit dan masih banyak yang lain.
Gambar 4. Bolu Kemojo
Gambar 5. Lempuk Durian

Gambar 6. Roti Jala





Tari Tradisional
Tari Zapin,merupakan makna adab sopan santuan, sikap hormat dan memuliakan orang lain. Tari Zapin juga bermakna penutup atau penyudah dari sebuah persembahan yang disampaikan pada setiap orang yang melihatnya.
Gambar 7. Tari Zapin





Baju Tradisional
Baju untuk laki-laki Melayu Riau adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju Kurung Teluk Belanga. Perempuan memakai Baju Kurung Kebaya atau Kebaya Pendek. Kepala hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga. Pakaian pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju Kurung teluk. Kemudian, untuk pakaian pada waktu upacara Bersanding adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.
Gambar 8. Pakaian Tradisional


Upacara Adat
Batobo Sebutan untuk kegiatan bergotong royong dalam mengerjakan sawah, ladang, dan sebagainya. yang biasa diilakukan oleh suku ocu (Bangkinang). Batobo juga sering di iringi dengan rarak godang. Rarak godang ini adalah semacam permainan alat musik tradisional, seperti Talempong, Gong, Gendang, dll. Balimau Kasai adalah sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Kampar di Provinsi Riau untuk menyambut bulan suci Ramadan. menggunakan air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau.
Gambar 9. acara balimau kasai
Gambar 10. batobo



BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts